KELUAR DARI KEMISKINAN DAN KETERGANTUNGAN MELALUI CREDIT UNION
Mengapa harus Credit Union?
Banyak orang ingin keluar dari kemiskinan dan ketergantungan, tetapi sering tidak tahu jalan keluarnya. Bahkan banyak di antara mereka terjebak dalam lingkaran setan kemiskinan. Sebagai contoh, jika kita mengajukan pertanyaan mengapa orang miskin? Jawabanya adalah karena tidak punya sumber daya. Selanjutnya, mengapa tidak punya suber daya? Jawabnya karena miskin. Cara berpikir seperti itulah yang disebut lingkaran setan kemiskinan.
Raiffeisen, penggagas dan pendiri gerakan Credit Union menemukan suatu rumus penting bagaimana seseorang bisa melepaskan dirinya dari ketergantungan dan kemiskinan. Refleksi panjang Raiffeisen berkesimpulan bahwa orang miskin itu harus melepaskan dirinya dari ketergantungan dengan menyatukan kekuatan dalam ikatan pemersatu saling percaya, yakni Credit Union (CU). Di dalam CU, mereka akan melakukan ajaran penting Raiffeisen, yakni menolong diri sendiri (self-help), mengelola sendiri (self-governance), dan bertanggung jawab sendiri (self-responsibility). Ajaran ini dikenal dengan 3S.
Ajaran penting Raifeisen tentang 3S telah terbukti membantu jutaan orang di belahan dunia ini keluar dari kemiskinan dan ketergantung. Namun, sampai saat ini, banyak juga anggota CU belum sepenuhnya mengetahui dan menyadari hal ini. Untuk itu, perlu saya garisbawahi bagaimana cara menggunakan rumus 3S ini dalam ber-CU sehingga dia keluar dari kemiskinan dan ketergantungan.
Pertama, menolong diri sendiri (self-help). Langkah konkret menolong diri sendiri dimulai dari ketekunan dan penghematan. Tekun artinya setiap orang harus bekerja menghasilkan uang. Penghematan dimulai dengan menggunakan uang hanya untuk memenuhi kebutuhan, bukan keinginan. Hemat juga berhati-hati dalam membelanjakan uang. Hasil berhemat disimpan secara kosisten di CU. Dampaknya adalah orang akan memiliki sejumlah uang (aset) likuid. Ketika aset sudah mulai terbentuk seseorang memiliki modal. Inilah sebuah titik, seseorang keluar dari ketergantungan dan kemiskinan. Dia memiliki modal yang dia ciptakan sendiri. Modal itu digunakan untuk tujuan produktif.
Pada saat penciptaan aset, seseorang harus benar-benar tekun. Artinya, konsisten dan intensif dalam menyimpan uangnya di CU. Jika modalnya sudah cukup, dia dapat meminjam untuk membangun kualitas hidupnya seperti membeli rumah, kendaraan, tanah, dan lain sebagainya. Selain itu, pinjaman di CU juga dapat membantu anggotanya mendapat nilai tambah ekonomi. Misalnya, anggota meminjam untuk usaha produktif seperti ternak ayam, babi, membuka usaha, membuka kebun, dan lain sebagainya.
Kedua, mengelola sendiri (self-governance). Kata ini memiliki dua arti penting. Pertama, bagi anggota CU harus bisa melakukan kontrol diri secara ketat, yakni tidak hidup boros. Artinya, seseorang tidak membelanjakan uangnya untuk memenuhi gaya hidupnya atau membelanjakan uangnya secara sembarangan. Boros dapat juga diartikan sebagai menggunakan uang untuk tujuan yang tidak perlu seperti judi, rokok berlebihan, pesta pora, minum-mabuk, dan pergaulan tidak sehat. Kedua, kumpulan orang-orang yang saling percaya harus bersatu di CU. Mereka mengelola sendiri aset bersama mereka. Untuk itu, dibutuhkan pengelola yang bertanggung jawab.
Ketiga, bertanggung jawab pada diri sendiri (self-responsibility). Kata kunci ini menjadi jurus pemungkas keluar dari kemiskinan. Artinya, setiap orang harus bertanggung jawab atas dirinya, Bagaimana caranya? Mulailah dengan menciptakan tujuan keuangan secara nyata. Tujuan keuangan adalah kebutuhan jangka Panjang kita di waktu yang akan datang. Sedangkan kebutuhan keuangan adalah pemenuhan kebutuhan keuangan kita saat ini, seperti untuk makan, minum, bayar listrik, pulsa, anak selolah dan lain sebagainya. Tujuan keuangan itu menyiapkan keperluan keuangan kita di waktu yang akan datang, seperti memiliki kendaraan, rumah, anak sekolah ke universitas, sakit, pension, dan rekreasi.
Siapa yang paling bertanggung jawab untuk menciptakan tujuan keuangan kita dimasa yang akan datang? Jawabnya, kita sendiri. Untuk itu, Langkah lebih dalam lagi untuk keluar dari kemiskinan dan ketergantungan adalah menetapkan tujuan keuangan pribadi. Tujuan itu, paling sedikit ada 5, yakni menciptakan aset, memiliki dana darurat, pendidikan anak-anak, dana pensiun, dan modal usaha. Semua ini harus dilakukan agar pada suatu hari kita tidak mengalami kesulitan keuangan.
Agustinus Alibata, penggiat, penggerak, dan fasilitator gerakan Credit Union di Indonesia
Pengurus PUSKOPCUINA